Simburcahaya.com – Mahasiswa jurnalistik UIN Raden Fatah Palembang, datang untuk live in di Desa Muara Maung, Kecamatan Merapi Barat, Lahat, Sumatera Selatan selama dua malam memberikan kesan yang menyenangkan jurnalis warga (JW) di Merapi Area, karena bisa belajar bersama dalam isu transisi energi berkeadilan.
“Desa kami ini ada pembangkit listrik, tapi kami hampir setiap hari mengalami pemadaman listrik,” kata Agung, JW asal Karang Taruna Melati, Desa Muara Maung, bercerita, Senin (20/10/2025).
Ia bercerita kalau pemadaman listrik di lumbung energi karena tidak hanya ada PLTU yang beroperasi, tetapi juga terdapat 10 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Desa Muara Maung.
Namun, ternyata jadi landang tambang batu bara dan pembangkit listrik tidak menjamin pasokan energi stabil, kata dia.
Hal senada diungkapkan Ririn, JW dari Desa Negeri Agung pemadaman listrik yang sering terjadi membuat peralatan di rumahnya rusak, hingga kini setidaknya ada dua unit kulkas yang rusak.
Rusaknya alat elektronik warga tersebut, tentunya sangat merugikan. “Bukannya untung bisa dapat pasokan listrik yang optimal, tetapi sebaliknya kami bunting,” kata dia.
Mendengar cerita dua orang JW dari program PPMN dengan tema: Menangkap Suara Kelompok Rentan dalam Isu Transisi Energi Berkeadilan, Marshanda mahasiswi Prodi Jurnalistik UIN Palembang mengaku terkejut karena bisa-bisanya sumber daya alam desa-desa di Kawasan Merapi dikeruk, tetapi warga justru tidak mendapatkan keadilan dalam pendistribusian energi.
“Saya kira, desa-desa di ring satu paling tidak pasokan listriknya selalu aman,” kata dia.
Karena itu, tambah dia tentunya menjadi sangat penting untuk terus mengampanyekan menolak energi fosil, yang tak hanya kotor tetapi juga tidak adil.
Mendesak sekali, pemerintah mendengarkan tuntutan massa akar rumpur, karena industry ekstraktif telah berdampak buruk bagi masyarakat baik dari sector ekonomi, Kesehatan dan lingkungan, tambah dia.
Teks: Reza Yuliana
Foto: Istimewaa
Peserta Pelatihan Jurnalis Warga PPMN









