Ketek Wisata Sungai Musi Banjir Penumpang Saat Festival Perahu Bidar 2025

Simbur Cahaya

Hasad (37) menunggu penumpang yang ingin menaiki perahu ketek di sela-sela lomba Bidar di Sungai Musi, Kamis (17/8/2025) (Melati Arsika / Simburcahaya.com)

PENONTON Festival Perahu Bidar silih berganti menaiki ketek wisata yang ada di Benteng Kuto Besak. Mereka menikmati perjalanan singkat berdurasi 5-10 mengarungi Sungai Musi di sela-sela perlombaan perahu Bidar.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak dan lansia juga ikut mencoba menikmati wisata tersebut. Keseruan ini menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat lokal maupun pendatang.

“Sekalian nunggu lombanya kami mau nyoba naik ketek, perahu kecil ini. Pengalaman baru juga buat anak-anak, kan jarang juga,” ujar salah satu penumpang, Hipsiah, Minggu (17/8/2025).

Para pemilik ketek wisata menyandarkan perahunya di pinggir Sungai Musi, tepatnya area pelataran BKB. Terlihat lebih dari lima ketek yang siap mengajak penumpang menikmati deburan ombak dan terpaan angin di Sungai Musi.

Mereka bergantian menjemput penumpang yang ingin menikmati naik ketek. Bahkan rela mendatangi penumpang satu per satu yang ada di pelataran.

Ketek yang menjadi alat transportasi sungai di Sungai Musi (Melati / Simburcahaya.com)
Hasad (37) menunggu penumpang yang ingin menaiki perahu ketek di sela-sela lomba Bidar di Sungai Musi, Kamis (17/8/2025) (Melati Arsika / Simburcahaya.com)

Salah satu pengelola ketek wisata, Hasad sudah berada di pinggir Sungai Musik sejak pagi hari. Hingga siang, ia sudah dua kali membawa penumpang. Setiap orang harus membayar Rp 10.000 untuk menaiki perahu ketek.

“Per orang 10 ribu. Sekali tarik bisa 8-10 orang,” jelas Hasad.

Biasanya ia bisa menunggu beberapa jam untuk mendapatkan penumpang terutama pada hari biasa. Kesempatan ini membuatnya bisa merogoh kocek
Rp 200.000 lebih hanya untuk setengah hari.

“Kita di sini sampai sore. Ini lumayan nambah penghasilan karena banyak pendatang dan juga masyarakat yang antusias untuk menonton bidar ini,” sambungnya.

Untuk menghindari bertabrakan dengan peserto lomba, pemilik wisata ketek mendapat arahan dari petugas keamanan yang berpatroli di pinggir Sungai Musi. Mereka diminta untuk tidak berlayar di tengah Sungai Musi.

“Tidak ada sosialisasi dari pihak keamanan. Panitia cuma ngarahin agar tidak ke tengah,” lanjutnya. (Melati Arsika)

Artikel Lainnya

Pemutaran film Mother Earth Tunggu Tuban di Semende Muara Enim Sumsel yang diprakarsai oleh Ghompok Kolektif (Dok. Humas Ghompok Kolektif / Simburcahaya.com)

Karya Ghompok Kolektif, 1 Jam Penuh Khidmat Tonton Film Mother Earth Tunggu Tubang di Semende

Haru! Lagu Darah Juang Tutup Rangkaian Peluncuran Buku Memori Perempuan Berjuang Melawan Tiran

Hardi 'Bubut', salah satu peggiat literasi Sumsel saat melihat koleksi kartu pos zaman Hindia Belanda yang dipamerkan di Museum SMB II Palembang Sumsel (Nefri Inge / Simburcahaya.com)

Mengulik Sejarah Kartu Pos Produksi 1874 dan Undangan Pesta 1932 di Museum SMB II Palembang

Tinggalkan komentar